Pemerintahan Idlib atau dikenal juga dengan istilah pemerintahan penyelamat Suriah (SG) kemungkinan akan mengalami kebangkrutan secara alami.

Hal itu karena wilayah yang mereka kuasai mulai satu persatu direbut kembali oleh pasukan Bashar Al Assad.

Selain itu posisi SG yang berada di wilayah HTS membuatnya sulit mendapat pengakuan apalagi legitimasi dari masyarakat Suriah.

Menyusutnya wilayah SG membuat kerugian besar kepada warga dan ujungnya mengurangi pemasukan SG dari sektor pajak.

Wilayah yang direbut rejim merupakan penghasil produk pertanian, sehingga secara keseluruhan 60 persen pemasukan dari sektor pertanian berkurang.

Walau begitu, tidak ada pilihan bagi warga selain kembali ke rumah mereka yang kini dikuasai pemerintah. Kalau tidak tanah-tanah yang tidak ada pemiliknya akan dilelang oleh rejim.

Banyak yang memperkirakan pada akhirnya SG akan bangkrut dan melakukan rekonsiliasi dengan Assad.

Hal itu tidak aneh karena sebelumnya HTS dan pemerintah sudah pernah melakukan negosiasi damai di Daraa dan banyak pejuang HTS dipindahkan ke Idlib.

Kemungkinan karena wabah Covid-19, pasukan Suriah tidak ingin menguasai Idlib dengan segera, kecuali Assad sudah siap menampung warga dan membangun Idlib kembali.

Selain pasukan Assad, pasukan yang loyal ke Rusia dari Daraa eks oposisi juga siap dimobilisasi merebut kembali Idlib.

Itu belum lagi milisi Iran dan Hezbollah yang antri di belakang. Namun, Assad diperkirakan hanya menggunakan pasukan sendiri sudah bisa mengontrol kembali Idlib.

Alasan berikut mengapa Assad belum terburu-buru rebut Idlib adalah karena daerah ini merupakan bagian dari zona aman yang disepakati Rusia, Turki dan Iran.

Selain itu dengan membiarkan SG berfungsi apa adanya, sudah cukup meringankan beban ekonomi yang harus ditanggung Assad.

Namun jika rekonstruksi sudah selesai di wilayah yang dikuasai Assad, kemungkinan Idlib adalah yang pertama direbut lalu wilayah SIG sebelum akhirnya berdamai dengan pemerintahan NES di Timur Suriah.