Banyak hari nasional sekarang ini tidak mempunyai relevansi akibat perubahan landskap politik.

Usai kelompok Houthi menguasai Sanaa pada 2014 lalu, praktis Yaman terbelah menjadi dua atau tiga kembali sebagaimana era penjajahan Inggris.

Wilayah yang dikuasai oleh kelompok Houthi mirip dengan wilayah Yaman Utara dulu.

Sementara itu, di selatan Yaman, khususnya Aden berdiri kembali pemerintahan de facto Yaman Selatan bernama Dewan Transisi Selatan atau STC.


STC kini menguasai 50 persen kursi kabinet di pemerintahan yang sah dan Presidennya Jenderal Aidaros Al Zubaidi menjadi anggota Dewan Presidium (PLC) yang diketuai Presiden Rashad Al Alimi.

Negara ini masih merayakan HUT 30 November untuk merayakan hari kemerdekaan dari Inggris.

Namun, bagi warga Hadramaut ini menjadi hari kelam dan dianggap sebagai hari dimulainya penjajahan Yaman Selatan atau Aden.

Saat Inggris hengkang, Federasi Arabia Selatang di Aden mengakuisisi tetangganya protektorat Hadramaut yang dari dulu merupakan entitas negara sendiri meski diperintah Inggris dari Aden.

Pihak Hadramaut bersikap bahwa jika Federasi Arabia Selatan atau Aden ingin memerdekakan diri, maka itu hak mereka.

Toh juga, dulunya baik Arabia Selatan dan Protektorat Hadramaut juga masuk dalam presidensi Bombay atau Mumbai di India.

Tapi paska kemerdekaan India dari Inggris, tidak menjadi keharusan bagi India untuk mencaplok Aden dan Hadramaut.

Saat ini, gejolak untuk kembali mendirikan negara Hadramaut dengan berbagai negara bagian di dalamnya muncul kembali dan didukung oleh Jenderal Farag Al Bahsani yang juga merupakan anggota PLC merangkap Pangdam II Hadramaut.

Sejumlah politisi di Hadramaut juga mengaskan bahwa jika Yaman Selatan memerdekakan diri, maka Hadramaut juga akan melakukan hal yang sama.